catatan.co – Kabupaten Bandung Perangi Judol dan Pinjol, Keimanan Tak Boleh Jebol. Ironis. Jawa Barat (Jabar) dan Kabupaten Bandung menjadi daerah tertinggi angka judol (judi online) dan pinjol (pinjaman online). Padahal, Jabar dan Kabupaten Bandung dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan pembangunan. Bahkan, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp49,28 triliun atau 41,82 persen dari target APBN tahun 2022. Capaian tersebut lebih tinggi Rp12,82 triliun dari periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, Kabupaten Bandung sebagai etalase Jabar menunjukan kinerja pembanguan yang baik. Terbukti dengan diraihnya berbagai penghargaan oleh Kabupaten Bandung. Namun, sungguh ironis, mngapa banyak masyarakatnya yang justru terjerat pinjol dan judol?
Di sisi lain, Jabar dan Kabupaten Bandung dikenal religius, tetapi keimanan sebagai benteng justru jebol. Alam yang subur di Jabar dan Kabupaten Bandung tidak menjanjikan kesejahteraan. Korban judol dan pinjol di daerah ini terus berjatuhan. Lantas, bagaimana solusinya?
Cukupkah dengan Komitmen?
Data berbicara hampir 3 juta rakyat Indonesia terjerat judol. Parahnya, Jabar sebagai “juara” satu judol dan pinjol. Padahal, dampak pinjol dan judol ini sungguh sangat mengerikan. Pinjol dan judol telah merusak mental generasi. Bahkan, kini marak kasus kejiwaan (mental illness) dan keretakan rumah tangga yang dipicu pinjol dan judol. Pun kriminalitas kian meningkat hingga maraknya bundir (bunuh diri).
Miris, melihat fakta banyaknya kasus bunuh diri satu keluarga akibat pinjol. Apatah lagi, kini judol juga dikemas dengan games atau WA dan sudah menyasar anak-anak SD juga pelajar. Jelas, fakta judol dan pinjol hari ini menjadi masalah yang kian akut.
Forum Merah Putih Kabupaten Bandung merespon fakta ini dengan membangun sebuah komitmen. Forum Merah Putih Masyarakat Kabupaten Bandung melakukan deklarasi ‘Bumi Hanguskan Judi Online’. Ini adalah deklarasi perang terhadap judol dan pinjol. Deklarasi tersebut disaksikan dan dihadiri Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Cucun Ahmad Syamsurijal. Cucun memastikan deklarasi adalah bentuk nyata memerangi judol yang kian meresahkan.
Bahaya judol ini sudah tidak bisa ditutup-tutupi. sudah dilevel akut. Senin (16/12/2024). Aksi ini menyisakan sebuah pertanyaan besar cukupkah perang terhadap judol dan pinjol dengan komitmen deklarasi perang?
(https://djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/jabar/id/data-publikasi/berita-terbaru.html?start=60)
Memahami Akar Masalah
Faktanya, tak cukup sebuah komitmen dalam bentuk deklarasi perang. Harus diikuti dengan aksi nyata. Namun, sebelum beraksi perlu untuk dipahami, apa yang menjadi akar masalah persoalan?
Perlu disadari, bahwa saat ini kita hidup dalan sistem yang mengagungkan materi menenggelamkan “ruh”. Inilah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Sekularisme menjadi asas atau landasan kehidupan.
Tak dapat dimungkiri, hampir 100% penduduk bumi dipimpin dan diterapkan sistem kapitalisme yang asasnya sekularisme. Dalam kapitalisme, kapital/modal/materi adalah fokus bergerak dan berpikir. Sistem yang menuhankan uang/materi serta meniadakan ruang bagi aspek ruhaniah dan spiritual (agama). Agama sekadar identitas dan penampakan luar, tetapi jiwanya kosong dari keimanan dan keyakinan akan keberadaan Sang Pencipta dan Pengatur hidup yaitu Allah Swt.
Tak ada keterikatan dengan aturan Sang Khalik, kecuali hawa nafsu dan kebebasan. Tak heran, betapa rapuhnya mayoritas masyarakat hari ini. Faktor eksternal yang makin memberi tekanan dan beban bagi rakyat adalah buruknya tata kelola ekonomi.
Kapitalisme menjadikan harta hanya berpihak pada kaum kapital/pemodal yang jumlahnya sedikit, sementara mayoritas rakyat yang tak memiliki akses terus miskin. Keimanan jebol, pada saat yang sama syahwat materi terus menggoda. Akhirnya, mudah masuk jerat judol dan pinjol.
Dalam sebuah polling nasional diketahui bahwa pemicu orang lari ke pinjol dan judol adalah impitan ekonomi dan PHK. Adapula karena gaya hidup, tetapi semua bermuara pada iman yang jebol dan penerapan kapitalisme sekuler.
Solusi Tuntas
Berbeda dengan sistem kapitalisme sekuler yang mengubur ruh, Islam hadir sebagai ideologi yang bukan sekadar agama yang mengatur ritual, keimanan, ibadah dan akhlak. Islam juga hadir dengan seperangkat aturan dalam mengatasi semua problem hidup manusia. Aspek ruh dalam Islam menurut seorang ulama mujtahid mutlak Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, bahwa dalam jiwa manusia harus ada ruh (bukan ruh dengan makna nyawa/sirrul hayah), yaitu kesadaran akan hubungannya dengan Allah, sekaligus meyakini akan perintah dan laranganNya.
Bila sebuah amal/perbuatan kosong dari ruh, maka amal tersebut tak lebih materi hampa. Islam tidak hanya menyolusi aspek internal jiwa manusia, tetapi juga mengatur tata kelola ekonomi yang adil dan menyejahterakan. Semua harus direalisasikan dalam wadah negara yang menerapkan syariat Islam kaffah dari mulai akidah (iman) sampai ekonomi. Tentu, di bawah kepemimpinan orang yang beriman dan takwa serta kompeten, inilah solusi tuntas.
Wallahu ‘alam bishawab.[]