Kolam Retensi, Akankah Jadi Solusi?

Kolam Retensi, Akankah Jadi Solusi?

catatan.co – Kolam Retensi, Akankah Jadi Solusi? Terbebas dari bencana banjir memang menjadi harapan sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama bagi penduduk yang bermukim di daerah rawan banjir. Seringnya banjir yang menerjang tentu saja membuat ketidaknyamanan. Selain, banyaknya barang yang rusak juga lingkungan yang kotor menjadi sarang penyakit yang membahayakan bagi masyarakat. Untuk itu, pemerintah pun berencana menanggulangi banjir dengan berbagai kebijakan, salah satunya pembangunan kolam retensi.

Ide Pembangunan Kolam Retensi

Sebagaimana diberitakan detikjabar.com, bencana banjir rutin menerjang wilayah Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah, Kabupaten Bandung, kala musim hujan. Hal ini memantik Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal mendesak agar di wilayah langganan banjir itu dibangun kolam retensi. “Ini harus ada kolam retensi atau kolam embung ya, bendungan atau bendungan mini. Embung untuk menampung air biar tidak masuk secara langsung ke sungai ini kita akan lakukan juga di Kabupaten Bandung,” ujar Cucun usai meninjau banjir di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Selasa (11-3-2025).

Cucun mengatakan pembahasan tentang rencana pembangunan kolam retensi telah dilakukan, termasuk oleh Pemkab Bandung. “Ya yang sudah ada di plan-nya sudah disampaikan sering disampaikan kemarin. Saya juga pernah berbicara sebagai perwakilan daerah pemilihan ini penting,” katanya.

Pihaknya mengungkapkan nantinya kolam retensi tersebut akan dibangun di dekat aliran sungai Citarum. Di antaranya wilayah Rancaekek, Tegalluar, dan Solokan Jeruk. “Wilayah itu yang menampung untuk dari Majalaya, kemudian di wilayah-wilayah yang menjadi penyangga sungai,” jelasnya.

Menurutnya perencanaan pembangunan kolam rentensi tersebut harus direncanakan dengan baik. Sehingga tata kelola dan permasalahan banjir di Bandung Selatan dapat terselesaikan. “Perlu ada perencanaan dan penanganan secara cepat ini untuk penanggulangan kolam-kolam embung seperti itu,” pungkasnya.

(https://www.detik.com/jabar/berita/d-7817519/soal-banjir-dayeuhkolot-baleendah-dpr-desak-pembangunan-kolam-retensi)

Kolam Retensi, Bukan Solusi

Di Kabupaten Bandung, banjir sering terjadi di wilayah dekat Sungai Citarum seperti Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang. Berbagai kebijakan pun pernah dilakukan oleh pemerintah. Namun, tampaknya banjir di daerah tersebut masih belum bisa dituntaskan sampai saat ini.

Seperti diketahui, pemerintah sebelumnya telah membangun Kolam Retensi Andir. Kolam retensi ini merupakan salah satu infrastruktur yang dibangun oleh Presiden Jokowi dengan luas tangkapan air 149 hektare (ha) dan dilengkapi 3 unit pompa berkapasitas masing-masing 500 liter/detik. Pembangunan dimulai pada bulan Desember 2020 dan diresmikan pada 5 Maret 2023 oleh Presiden Jokowi.

Sayangnya, keberadaan kolam retensi ini dianggap sia-sia dan manfaatnya nihil. Dengan pertimbangan tersebut, lantas mengapa pemerintah malah berencana membangun kolam retensi kembali?

Akibat Pembangunan Kapitalistik

Faktanya, solusi yang ditawarkan pemerintah yaitu kolam retensi, belum mampu menyelesaikan masalah banjir. Padahal, dana yang digelontorkan untuk membangun kolam pasti tidaklah sedikit. Namun, keberadaan kolam ini belum bisa memberikan maslahat bagi masyarakat. Hal ini seolah menegaskan belum maksimalnya peran pemerintah dalam pemetaan wilayah yang rawan tergenang air.

Inilah bukti bahwa dalam sistem kapitalisme yang dianut oleh negeri ini tidak mampu menyolusi berbagai persoalan, termasuk banjir. Solusi yang ditawarkan hanyalah solusi yang pragmatis. Solusi yang tidak menyentuh akar permasalahan, sehingga wajar jika masalah banjir tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena pada dasarnya, sistem buatan manusia yakni kapitalisme selamanya tidak akan mampu memberikan solusi yang hakiki bagi manusia itu sendiri.

Banjir menjadi polemik berkepanjangan yang belum memiliki solusi berarti. Pemerintah seharusnya mengkaji lebih dalam apa sebenarnya penyebab banjir sering terjadi di Kabupaten Bandung. Terjadinya banjir apakah terjadi hanya karena faktor cuaca, atau ada faktor lain yang lebih signifikan? Yang jelas, terdapat faktor lain yang memicu terjadinya banjir. Sebut saja, meluapnya Sungai Citarum pada musim hujan serta padatnya wilayah Kabupaten Bandung dengan bangunan.

Selain itu, pembangunan infrastruktur yang berlebihan turut menjadi penyebab. Banyak lahan hijau yang berubah menjadi bangunan pabrik, pertokoan, dan tempat wisata. Akibatnya, tanah resapan air menyusut. Hal ini disebabkan oleh kerakusan manusia yang tidak memedulikan dampak perbuatannya.

Walhasil, kerusakan lingkungan tidak bisa dihindarkan. Sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai bencana termasuk banjir yang melanda saat musim hujan tiba. Jadi, bencana alam seperti banjir yang terjadi bukan semata-mata ketetapan Allah Swt., terjadi banjir tidak lepas dari faktor sistemik.

Butuh Aturan Islam

Sejatinya, dunia ini butuh sistem Islam karena paradigma sistem Islam bertentangan secara diametral dengan sistem kapitalisme yang diterapkan sekarang. Dalam sistem kapitalisme, kebijakan penguasa yang merepresentasi kepentingan para pemilik modal justru jadi sumber kerusakan, sementara sistem Islam lahir dari keimanan dan ketundukan pada Zat Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam.

Dalam menanggulangi banjir, negara yang menerapkan Islam secara kafah akan melakukan mitigasi bencana banjir sebelum (pencegahan) dan sesudah terjadi bencana. Untuk mencegah banjir, negara akan menjalankan politik pembangunan dan tata kota yang memperhatikan pelestarian lingkungan. Daerah resapan air akan dijaga dan dilindungi sehingga fungsinya terjaga secara optimal.

Negara akan melarang penggunaan daerah resapan air untuk permukiman, tempat wisata, maupun yang lainnya. Alih fungsi lahan/ hutan akan dilakukan dengan cara saksama berdasarkan perhitungan para ahli sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Selain itu, negara juga akan melakukan pengawasan terhadap optimalisasi fungsi bendungan, sungai, saluran air, dan sarana lain yang merupakan jalur lewatnya air. Selain menempatkan petugas pemantau, negara Islam juga akan menggunakan kamera pengawas yang melaporkan perkembangan ketinggian air secara real-time.

Khatimah

Demikianlah penyelesaian banjir yang dilakukan oleh negara Islam. Dengan mekanisme tersebut banjir tidak akan terus menerjang pemukiman masyarakat. Sehingga masyarakat dapat hidup dengan nyaman tanpa ada kekhawatiran akan bencana banjir yang sering terjadi.

Wallahu a’lam bishawab. []

Penulis. Renita

Aktivis Muslimah