Catatan.co, TENGGARONG – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga eksistensi Bahasa Kutai sebagai bahasa ibu. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), upaya pelestarian dilakukan dengan berbagai strategi, mulai dari penerapan Muatan Lokal (Mulok) hingga pelibatan duta budaya.
Mulok Bahasa Kutai telah diterapkan sejak 2023 di sejumlah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kukar. Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menyampaikan bahwa program ini bertujuan menanamkan kecintaan terhadap Bahasa Kutai sejak usia dini.
“Mulok ini bagian dari pembinaan di sekolah. Anak-anak kita ajarkan Bahasa Kutai, meskipun mereka sering menggunakannya di rumah, tapi dengan pendekatan formal ini, pemahaman mereka makin kuat,” ujarnya.
Thauhid menegaskan, pelestarian bahasa daerah menjadi kian penting di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi. Dengan pembiasaan penggunaan Bahasa Kutai dalam lingkungan sekolah, anak-anak diharapkan tumbuh dengan rasa bangga terhadap identitas budaya lokal.
Langkah nyata Pemkab Kukar ini pun mendapat apresiasi dari pemerintah pusat. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI menganugerahkan penghargaan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) kepada Kukar, bersama 20 daerah lain yang dinilai konsisten dalam menjaga kelestarian bahasa daerah.
Tak hanya melalui mulok, Disdikbud juga memanfaatkan media sosial serta peran duta budaya Sadi dan Sengkaka untuk memperkenalkan Bahasa Kutai secara luas ke masyarakat, khususnya generasi muda yang hidup berdampingan dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kami terus memperkuat komitmen ini. Bahasa Kutai bukan hanya simbol budaya, tapi juga identitas yang harus tetap hidup. Mulok, media sosial, hingga duta budaya menjadi jembatan kami untuk memperkenalkannya kepada dunia,” pungkas Thauhid. (adv)