catatan.co – Program MBG, Akankah Menguntungkan Petani Milenial? Pemerintah kini sedang gencar-gencarnya menjalankan program MBG (makanan bergizi gratis) di seluruh Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Bandung, yaitu dengan mengadakan Pelatihan Petani Muda Bedas. Pelatihan ini diadakan untuk mengedukasi para milenial agar tertarik dengan dunia pertanian.
Wabup Kabupaten Bandung, Ali Syakieb berujar, “Program MBG untuk anak-anak sekolah ini merupakan peluang besar bagi para petani milenial. Makanya saya ingin mengajak kepada anak-anak muda sekarang ini. Yuk, kita bertani, karena potensinya besar banget ke depannya”.
“Jadi, kita jangan berpikir lagi menjadi petani itu penghasilannya kecil atau pas-pasan. Sekarang bertani itu bisa menghasilkan pendapat cukup besar. Teman-teman saya juga banyak yang menjadi petani. Tinggal di kita-nya, ada minat dan kemauan tidak, niat apa enggak?”
(https://ketik.co.id/berita/wabup-ali-syakieb-program-mbg-peluang-besar-buat-para-petani-milenial)
Program MBG, Untungkan Petani?
Bukan hanya berpeluang pada petani padi saja, tetapi program MBG juga berpeluang bagi petani sayuran dan buah-buahan atau hortikultura. Selain itu, peternak ayam baik pedaging maupun petelur kemungkinan besar akan diuntungkan juga. Karena kebutuhan perharinya untuk Kabupaten Bandung diperkirakan mencapai 300 ton dari program MBG, termasuk kebutuhan akan ikan.
Untuk mendorong minat kaum milenial, Ali Syakieb menyebutkan bahwa Dinas Pertanian akan melakukan pembinaan dan pelatihan kepada mereka yang bersedia. Program pelatihan ini mungkin bisa untuk menarik minat para milenial dalam hal bertani.
Kenyataannya, sektor pertanian di Indonesia cukup memprihatinkan. Sehingga banyak milenial yang tidak tertarik dengan profesi tersebut. Pendapatan petani rendah karena adanya impor bahan pangan dari luar negeri yang cukup tinggi. Pun pemerintah tidak memberikan solusi akan hal itu.
Petani Diabaikan dalam Sistem Kapitalisme
Pada teorinya, mungkin bisa dan masuk akal, MBG menguntungkan petani dan nelayan untuk memasok bahan-bahan mentah seperti beras, sayur, ikan, dan daging, walaupun realisasi program MBG ini sebetulnya masih menjadi tanda tanya. Namun, ada hal yg harus diperhatikan pemerintah. Jangan sampai alih-alih memberdayakan petani dan nelayan lokal berskala kecil, justru hanya menguntungkan petani dan nelayan berskala besar, baik lokal maupun asing, termasuk para importir.
Faktanya, petani dan nelayan kecil di Indonesia yang notabene menerapkan sistem kapitalisme saat ini kurang mendapat perhatian dari negara. Mereka dipaksa masuk ke dalam persaingan yang tidak seimbang dan merugikan, sementara negara hanya menjadi regulator saja. Ketika petani dan nelayan gagal bersaing, akhirnya malah berujung kerugian bukan keuntungan.
Islam Menjamin Kebutuhan Rakyat
Dalam Islam, negara harus mampu menjamin kebutuhan dasar (primer) setiap individu masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, Islam menetapkan sejumlah mekanisme agar kebutuhan rakyat dapat terpenuhi.
Pertama, jaminan pemenuhan kebutuhan pokok (primer). Ini diterapkan dengan mensyaratkan agar laki-laki memberikan nafkah kepada diri dan keluarganya, serta mewajibkan kerabat dekat untuk membantu saudaranya. Jika dua hal ini belum terpenuhi, negara wajib turun tangan dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Kedua, negara harus menyediakan layanan keamanan, pendidikan, dan kesehatan untuk semua warganya. Hal itu termasuk dalam tanggung jawab dasar negara terhadap rakyat. Penguasa harus memenuhi kewajiban mereka dan tidak boleh mengabaikan atau memindahkan wewenangnya kepada pihak lain.
Ketiga, pelayanan yang negara berikan kepada rakyat bersumber dari dana baitulmal. Negara akan memaksimalkan pemasukan dari pos-pos pendapatan negara yang terdiri atas pemasukan tetap yakni fai, ganimah, anfal, kharaj, dan jizyah; pemasukan dari hak milik umum dengan berbagai macam bentuknya; serta pemasukan dari hak milik negara yakni usyur, khumus, dan rikaz.
Dengan memaksimalkan sumber-sumber pendapatan tersebut, pemenuhan kebutuhan rakyat akan terlaksana secara merata. Bukan untuk masyarakat tertentu saja, sebagaimana program MBG yang negara peruntukkan hanya bagi para siswa. Oleh karena itu, negara Islam tidak perlu program khusus karena kebijakan negara memang harus menjamin kesejahteraan rakyat individu per individu.
Negara Mandiri dengan Islam
Penerapan sistem ekonomi Islam akan mewujudkan negara mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain seperti swasta—baik dalam maupun luar negeri-dalam memenuhi kebutuhan rakyat. Jika negara melakukan impor, negara akan tetap berupaya untuk memproduksi sendiri hingga bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat terealisasi.
Sistem Islam melindungi para petani dan nelayan lokal baik yang berskala besar maupun kecil dengan memberikan keadilan dalam berekonomi. Merekalah yang akan menjadi pemasok pangan utama di dalam negeri bahkan juga ke luar negeri. Bukan para petani dan nelayan berskala besar sebagaimana sistem kapitalisme hari ini.
Wallahu a’lam bishawab. []
Penulis. Lia Nurindah
Aktivis Muslimah