Catatan.co, TENGGARONG – Kabar baik datang dari sektor kesehatan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Angka stunting di Kukar berhasil ditekan secara signifikan, dari 27,1 persen pada 2024 menjadi hanya 14,2 persen di tahun 2025, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Penurunan ini menjadi prestasi luar biasa yang diapresiasi banyak pihak, bahkan disebut layak menjadi contoh bagi daerah lain.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kukar, Kusnandar, menyebut capaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras dan kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, penanganan stunting bukan hanya soal layanan kesehatan, tapi juga melibatkan banyak aspek lain seperti sanitasi, perumahan, dan lingkungan hidup.
“Awalnya stunting kita di angka 27 persen, turun ke 17 persen, dan kini menyentuh 14,2 persen. Ini pencapaian luar biasa,” ungkap Kusnandar.
Kusnandar menekankan pentingnya perbaikan sanitasi dan lingkungan dalam memerangi stunting. Ia mencontohkan, meski balita sudah diberi asupan gizi cukup, tanpa lingkungan bersih dan sehat, gizi tersebut akan terserap untuk melawan penyakit, bukan untuk tumbuh kembang.
“Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) serta instansi lain. Karena tanpa sanitasi yang baik, upaya medis jadi kurang maksimal,” ujarnya.
Dinkes Kukar sendiri berperan menyediakan pengobatan dan makanan diet khusus bagi balita stunting. Namun Kusnandar menyebut, kontribusi Dinkes hanya mencakup sekitar 30 persen dari total upaya penanganan stunting. Selebihnya, sangat bergantung pada faktor-faktor non-medis, seperti pola asuh, kebersihan lingkungan, dan edukasi keluarga.
“Inilah bukti bahwa penurunan stunting adalah kerja bersama, tidak bisa dilakukan satu dinas saja,” tegasnya.
Dengan sinergi yang semakin solid antar-OPD, Kukar optimistis mampu menurunkan prevalensi stunting hingga di bawah 10 persen, sejalan dengan target nasional tahun 2028.
“Kami tidak akan berhenti di sini. Harapannya tren ini terus menurun, dan Kukar menjadi daerah dengan penanganan stunting terbaik di Kaltim,” tutup Kusnandar. (adv)