Catatan.co,TENGGARONG – Suasana penuh kekeluargaan dan semangat kebudayaan menyelimuti halaman kampus Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong, Senin (16/6), saat Festival Nasi Bekepor Ke-VI digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Unikarta.
Festival tahunan ini kembali menampilkan Nasi Bekepor, kuliner khas Kutai yang sarat nilai tradisi dan filosofi. Diolah dengan campuran ikan asin, daun kemangi, rempah-rempah seperti daun salam dan pandan, serta disiram perasan jeruk nipis, nasi ini dimasak dengan teknik khusus yakni “bekepor” — proses memutar wadah kuali agar rasa dan kematangan merata sempurna.
Setelah matang, tradisi menyantapnya dilakukan secara “beseprah”, yaitu makan bersama-sama dalam posisi duduk bersila. Tradisi ini tidak sekadar mengenyangkan perut, tapi juga menguatkan nilai kebersamaan dan gotong royong masyarakat Kutai.
Dalam sambutannya, Rektor Unikarta Prof. Ince Raden menyatakan, festival ini bukan hanya bentuk perayaan budaya, tetapi juga momen edukasi bagi generasi muda.
“Kami berkomitmen menjaga dan mengenalkan warisan leluhur. Nasi Bekepor adalah identitas budaya yang harus terus dipertahankan di tengah arus modernisasi. Ini juga bagian dari dukungan kami terhadap pariwisata berbasis budaya,” jelasnya.
Festival ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-41 Unikarta, serta ajang kompetisi memasak antar warga dengan tujuan mempererat hubungan sosial dan menggali potensi lokal.
Sementara itu, Bupati Kukar Edi Damansyah melalui Plt Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, memberikan apresiasi tinggi atas konsistensi BEM FISIP dalam menyelenggarakan kegiatan ini hingga tahun keenam.
“Nasi Bekepor memiliki filosofi luar biasa: satu periuk, banyak tangan. Ini cerminan solidaritas dan nilai kekeluargaan dalam kehidupan kita. Saya salut kepada mahasiswa yang terus merawat tradisi ini,” ungkap Arianto.
Ia juga menyarankan agar ke depannya, festival ini bisa melibatkan pelajar dari tingkat SD, SMP, hingga SMA agar lebih banyak generasi muda mengenal budaya lokal secara langsung, bukan sekadar dari buku pelajaran.
Pemkab Kukar, lanjutnya, siap memberikan dukungan lebih besar melalui program Kukar Idaman, terutama dalam bidang ekonomi kreatif dan promosi wisata kuliner.
“Festival ini sangat selaras dengan visi kami. Tidak hanya mendongkrak sektor pariwisata, tetapi juga menguatkan identitas budaya dan membuka peluang ekonomi,” tambahnya.
Menutup sambutannya, Arianto mengajak seluruh civitas akademika Unikarta, khususnya mahasiswa, untuk menjadi agen perubahan yang aktif dan adaptif. Ia berharap kolaborasi antara Unikarta dan Pemkab Kukar terus meningkat, terutama dalam kegiatan-kegiatan kreatif dan edukatif yang berdampak langsung bagi masyarakat. (adv)