Search
Close this search box.

Gencatan Senjata Bukan Solusi Penjajahan Palestina

Gencatan Senjata Bukan Solusi Penjajahan Palestina

catatan.co – Gencatan Senjata Bukan Solusi Penjajahan Palestina. Ramadan tak lama lagi. Saat ini, kita umat Islam masih berada di bulan Rajab. Dengan momen peringatan Isra Miraj, harusnya dimanfaatkan untuk memahamkan umat Islam atas akar masalah penjajahan Palestina. Gencatan senjata bukan solusi Palestina, melainkan jihad dan kembalinya negara Islam.

Berulang kali gencatan senjata, faktanya hal itu tidak bisa mengakhiri penjajahan di Palestina. Artinya, gencatan ini masih koma belum berakhir alias titik. Terbukti dengan adanya saling tuduh gagalnya menepati perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada Minggu (19/1/2025) lalu.

Kronologi dimulai ketika ribuan warga Palestina dicegah di Koridor Netzarim saat hendak kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara. Pemerintah Israel memblokir jalan utama dan menuduh Hamas melanggar ketentuan kesepakatan gencatan senjata. Padahal, sebelumnya dipihak Hamas telah membebaskan empat tentara perempuan Israel.

(https://www.kompas.com/tren/read/2025/01/26/163000565/israel-hamas-saling-tuduh-langgar-gencatan-senjata-para-sandera-dan-tahanan?page=all)

Seminggu setelah gencatan senjata yang ditandai dengan pertukaran tahanan, ratusan warga Jenin di Tepi Barat, Palestina, terpaksa meninggalkan rumah mereka pada Kamis (23/1/2025), setelah pesan peringatan dari drone dengan pengeras suara menyuruh mereka untuk mengungsi. (cnbcindonesia.co, 24/1/2025)

https://www.cnbcindonesia.com/news/20250124055914-4-605574/israel-menggila-di-tepi-barat-palestina-warga-diperintahkan-mengungsi)

Tipu-Tipu Gencatan Senjata

Penjajahan Palestina merupakan tragedi berkepanjangan. Tidak mungkin gencatan senjata, perjanjian damai, dan pengakuan dua negara dapat mengakhiri derita umat Islam Palestina. Gencatan senjata hanya tipu-tipu dan menegaskan tiadanya pembelaan sempurna terhadap saudara muslim Palestina. Sama halnya dengan membiarkan Zionis Israel tetap langgeng menjajah Palestina.

Sikap penguasa muslim menegaskan keengganan dunia Islam untuk mengirimkan bantuan militer dan memberi solusi untuk menghentikan pendudukan serta mengusir Zionis dari bumi Palestina. Penguasa dunia Islam hanya sekadar mengecam, karena terlalu banyak dijerat oleh negara adidaya di belakang Israel. Terkhusus pemerintah Indonesia, masih menjalin kerja sama ekonomi dengan Israel. Buktinya per November 2024 lalu, nilai ekspor Indonesia terhadap Israel mencapai US$ 37.673.245, sedangkan nilai impornya mencapai US$ 7.506.568. (Tempo, 20/1/2025)

Umat Islam di Indonesia khususnya, harus terus membela Palestina. Salah satunya dengan aksi bela Palestina atas dorongan iman. Dengan konsisten menyuarakan bahwa persatuan umat Islam seluruh dunia dengan berdirinya negara Islam. Jika kesadaran umat Islam terbentuk, maka umat akan ikut berjuang untuk mewujudkannya, sehingga terealisasilah jihad dan tegaknya negara Islam sebagai solusi hakiki Palestina.

Dalam mencapai tujuan tersebut, umat membutuhkan adanya kepemimpinan jemaah dakwah ideologis. Dakwah dengan menyuarakan Islam sebagai solusi dan pandangan hidup yang darinya mengatur mulai bangun tidur hingga bangun pemerintahan. Cukup dengan dakwah yakni perang pemikiran, insyaallah akan mengantarkan kemenangan.

Solusi Hakiki

Saat ini, seruan gencatan senjata atau kecaman tidak mempan mengakhiri penjajahan Palestina. Hal berbeda akan didapatkan ketika kecaman dilontarkan dalam kondisi umat Islam berada dalam naungan negara Islam. Seperti di masa Kekhilafahan terakhir Turki Utsmani yang sikap dan kecamannya sangat menggetarkan musuh Islam.

Diceritakan Sultan Abdul Hamid 2 ketika berhadapan dengan tokoh Zionis, berkata kepada Theodore Hertzl: “Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina. Sebab tanah ini bukan milik pribadiku, melainkan milik kaum muslim. Mereka telah berjuang untuk memperolehnya dengan darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang miliaran itu. Jika pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun, jika saya masih hidup, meskipun tubuhku terpotong-potong, maka itu adalah lebih ringan daripada Palestina terlepas dari pemerintahanku.”

Sikap dan kecaman penguasa dalam negara Islam membuat musuh gentar. Makanya, berbagai upaya mereka lakukan untuk meruntuhkan Daulah Islam. Benar saja, ketika Institusi Islam runtuh pada tahun 1924 di tangan agen Inggris keturunan Yahudi, Mustafa Kemal, Yahudi dengan segera menggerogoti Palestina, hingga detik ini.

Dunia Islam termasuk penguasa, seharusnya peduli dengan nasib sesama muslim. Kekejaman Zionis Israel harus dihentikan tidak cukup dengan gencatan senjata. Perangi musuh-musuh Islam, sebagaimana firman Allah Swt., “Dan perangilah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah/kekufuran lebih berbahaya dari peperangan.” (QS. Al-Baqarah: 191)

Perintah perang untuk mengusir Israel itu hanya bisa dilakukan oleh negara Islam. Daulah sebagai satu-satunya pelindung umat yang akan melancarkan jihad terhadap siapa saja yang memusuhi Islam dan kaum muslim. Dengan jihad dan kembalinya negara Islam, maka penjajahan Palestina akan berakhir.

Wallahu’alam bishawab.[]