Catatan.co – Liqo Muharram Mubalighoh: Saatnya Mubalighoh Berjuang Menegakkan Islam Kaffah. Samarinda, beberapa waktu lalu tepatnya 13 Juli 2025, lebih dari 150 mubalighoh dari berbagai penjuru Kalimantan Timur berkumpul dalam agenda istimewa Liqo Muharram Mubalighoh bertema “Saatnya Mubalighoh Berjuang Menegakkan Islam Kaffah”. Bertempat di Kota Samarinda, acara ini menjadi ajang konsolidasi para dai perempuan dalam merespons berbagai tantangan umat sekaligus memperkuat peran strategis mereka dalam perjuangan penegakan syariat Islam secara kaffah.
Acara dibuka dengan penuh khidmat oleh MC Suryani Rahmah dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustazah Sakinah, mengawali kegiatan dengan suasana spiritual yang menguatkan niat dan tekad perjuangan. Para peserta yang berasal dari kota-kota besar dan daerah pelosok Kalimantan Timur menunjukkan antusiasme tinggi mengikuti rangkaian kegiatan hingga akhir.
Mubalighoh Hadapi Tantangan Zaman
Host utama acara, Ustazah Hj. Dinnar Susanti, dalam pengantarnya menegaskan bahwa umat Islam saat ini menghadapi tantangan serius, baik secara global maupun lokal. “Dari kerusakan moral hingga penjajahan terhadap saudara kita di Gaza, semua menjadi bukti bahwa umat ini butuh bangkit dalam satu perjuangan Islam kaffah,” tegasnya.
Dalam sesi pertama, Ustazah Yulita Andriani menyampaikan materi berbobot yang mengupas akar persoalan umat dari sudut pandang Al-Qur’an. Mengutip QS Al-Baqarah ayat 120, beliau mengingatkan bahwa kebencian pihak kafir terhadap umat Islam akan berlangsung hingga akhir zaman. Diruntuhkannya negara Islam Utsmaniyah pada tahun 1924 disebut sebagai titik balik kehancuran politik umat Islam yang kini menjadi “hidangan yang diperebutkan” oleh kekuatan asing.
Beliau juga mengkritisi program deradikalisasi sebagai alat untuk membungkam kebangkitan Islam dan menghambat penerapan syariah secara totalitas.
“Jangan sampai kita termakan narasi adu domba ala Barat,” ujarnya sambil menyerukan persatuan umat sebagaimana perintah Allah dalam QS. Ali Imran ayat 103.
Sekularisme, Akar Derita Umat
Sesi berikutnya, Ustazah Ima Rofah menyoroti kondisi sosial ekonomi akibat diterapkannya sistem sekularisme. Dengan menukil QS. Ar-Rum ayat 41 dan QS. Ar-Ra’d ayat 11, beliau menggambarkan bagaimana kerusakan yang meluas hari ini merupakan konsekuensi dari sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan.
“Negara hanya menjadi regulator. Sektor-sektor strategis diserahkan ke swasta dan asing, sedangkan umat dibiarkan menderita,” jelasnya.
Ia menegaskan perlunya perubahan mendasar melalui penerapan Islam kaffah, yang hanya bisa terwujud dalam naungan institusi negara Islam “Agama adalah fondasi, dan Khilafah adalah penjaganya,” tegasnya mengutip kesepakatan para ulama tentang kewajiban menegakkan imamah.
Mubalighoh: Cahaya Umat, Penjaga Islam Kaffah
Ustazah Nabila Asy Syafi’i mengingatkan bahwa mubalighoh adalah ujung tombak perjuangan dakwah Islam. Menggunakan perumpamaan indah, beliau menggambarkan peran para ulama dan dai sebagai bintang-bintang yang menerangi malam—sebagai sumber cahaya dan petunjuk umat.
“Mubalighoh adalah cahaya umat, pembawa ilmu. Maka mereka bukan hanya mengajarkan ibadah dan akhlak, tetapi juga menjadi rujukan umat dalam urusan sistem sosial, ekonomi, politik, hingga pengaturan hubungan internasional dalam Islam,” terangnya.
Beliau juga mengajak para mubalighoh untuk tidak hanya menjadi penyeru, tetapi juga menjadi pelaku perubahan sosial dengan membina umat agar sadar dan siap memperjuangkan perubahan menuju sistem Islam yang hakiki.
Komitmen dan Semangat dari Berbagai Daerah
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang memperlihatkan keseriusan peserta menghadapi realitas umat saat ini. Beberapa peserta bahkan menyatakan komitmen untuk menyampaikan dakwah Islam kaffah di komunitas masing-masing.
Mubalighoh dari Paser Belengkong, dengan 13 majelis taklim dan sekitar 600 jemaah, menyatakan siap menyebarkan Islam kaffah
Peserta dari Balikpapan menyampaikan strategi dakwah melalui komunitas pengusaha lintas daerah dan negara, sedangkan peserta dari Kutai Timur menegaskan tekad untuk menyampaikan dakwah Islam kaffah meski diadang oleh gelombang deradikalisasi.
“Derasnya arus deradikalisasi tidak menyurutkan semangat kami. Justru kami semakin yakin bahwa Islam kaffah adalah satu-satunya solusi,” ujar salah satu peserta dari Sangatta.
Penutup: Ini Baru Permulaan
Sebagai penutup, host menyampaikan bahwa Liqo Muharram ini adalah langkah awal menuju perjuangan besar. “Ini bukan sekadar pertemuan, tetapi permulaan jihad intelektual, sosial, dan spiritual untuk menegakkan Islam kaffah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw.”
Acara Liqo Muharram Mubalighoh ditutup dengan doa penuh harap agar perjuangan ini diridai Allah dan segera meraih kemenangan dengan tegaknya syariat Islam secara total dalam bingkai Khilafah yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Wallahu’alam. []
Penulis. Novianti Noor
(Aktivis Muslimah)