catatan.co – Mengapa Banjir Terus Berulang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat (BPBD Jabar) menyebutkan 8.043 rumah terendam dan 34.826 orang terdampak banjir yang terjadi sejak Jumat, 7 Maret 2025 pukul 20.00 WIB di Kabupaten Bandung. Menurut Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar, Hadi Rahmat, seluruh jumlah rumah yang terendam dan warga terdampak banjir merupakan data per Minggu, 9 Maret 2025 pukul 13.00 WIB. “Dampak kejadian tiga rumah rusak berat, satu rusak ringan, 8.043 rumah terendam, 13 fasilitas umum terdampak, enam sekolah terdampak, 19 tempat ibadah terdampak,” ujar Hadi dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Minggu (9/3/2025).
(https://www.liputan6.com/regional/read/5953511/banjir-kabupaten-bandung-8043-rumah-terendam-dan-hampir-35000-orang-terdampak)
Selain melanda wilayah Jawa Barat, bencana banjir juga terjadi di berbagai wilayah di Indonesia lainnya.
Mengapa Banjir Terus Berulang?
Banjir yang terus berulang setiap tahun menjadi bukti bahwa permasalahan ini belum terselesaikan dengan baik. Curah hujan yang tinggi sering menjadi kambing hitam. Padahal, faktor yang menyebabkan banjir kembali terjadi, diakui atau tidak, sebab utama terjadinya berbagai bencana di Indonesia bukan semata karena faktor alam, melainkan berpangkal dari kebijakan pembangunan bercorak kapitalistik yang bersifat sistemis dan struktural, baik di hulu maupun di hilir.
Fakta terjadinya eksploitasi wilayah hulu di Indonesia, seperti hutan atau pegunungan, memang tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Alih fungsi lahan yang berdampak deforestasi berjalan masif dengan dalih menggenjot perekonomian. Misalnya, pembukaan lahan untuk perkebunan, atau pengembangan sektor kepariwisataan yang diizinkan. Bahkan, untuk proyek-proyek skala besar termasuk yang berlabel proyek strategis nasional.
Begitu pun di kawasan hilir, alih fungsi lahan terjadi tanpa hambatan, baik untuk pengembangan wilayah pemukiman, maupun industrialisasi yang melibas kawasan hijau, termasuk area persawahan. Mirisnya, nyaris semua proyek investasi tersebut berjalan dengan izin dari pihak yang berwenang. Padahal, siapa pun paham, kawasan hulu memiliki peran sangat penting bagi keseimbangan ekosistem. Selain sebagai tempat penyedia air bagi kepentingan pertanian, industri, dan pemukiman di daerah hilir, juga berperan sebagai pemelihara keseimbangan ekologis untuk penunjang kehidupan, terutama sebagai area penyimpan air bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi generasi yang akan datang.
Tampak ada yang salah dengan berbagai kebijakan terkait dengan alam. Paradigma kepemimpinan sekuler kapitalistik yang tegak saat ini terbukti telah gagal menciptakan kehidupan yang harmonis dan sangat jauh dari kebaikan. Mereka tidak kenal prinsip halal-haram. Apa yang mereka sebut dengan pembangunan, faktanya justru menimbulkan kehancuran dan mereka dengan mudah berlepas tangan.
Berbagai proyek pembangunan yang dilakukan hanya menjadi jalan para pemilik modal untuk meraup sebanyak-banyak keuntungan. Mereka inilah yang selama ini menyetir kekuasaan politik, hingga banyak kebijakan yang melegitimasi kerakusan mereka untuk melipatgandakan kekayaan meski harus merusak lingkungan, merugikan masyarakat banyak, dan mengorbankan masa depan dengan munculnya berbagai bencana alam dengan berbagai bentuknya.
Semua ini mengonfirmasi apa yang Allah sampaikan dalam Al-Qur’an, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar” *(QS. Ar-Rum: 41)
Kembali pada Tuntunan Islam
Situasi seperti ini dipastikan tidak akan berubah sepanjang paradigma kepemimpinan sekuler yang destruktif ini dipertahankan. Umat semestinya segera bertobat dengan kembali menegakkan sistem kepemimpinan Islam sebagai konsekuensi keimanan dan secara empiris telah terbukti mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh berkah antara manusia dan semesta alam.
Rahasianya tidak lain ada pada kesempurnaan aturan hidup yang ditegakkan. Itulah syariat Islam, yang berasal dari Zat Pencipta alam yang penerapannya secara total dipastikan akan membawa keberkahan. Allah Taala berfirman, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96)
Wallahu’alam bishawab.[]
Penulis. Neni Resmi (Aktivis Muslimah)