Catatan.co – Derita Gaza, Derita Umat Muslim Sedunia. Kesedihan dan penderitaan saudara kita di Gaza makin meningkat. Kini, penyebab kematian bukan hanya genosida yang dilakukan Zionis, tetapi juga akibat blokade bantuan sehingga tsunami kelaparan terus terjadi. Sungguh kondisi ini sudah di luar nalar manusia. Manusia yang Allah ciptakan dengan adanya naluri na’u (kasih sayang), nyatanya tidak ada bagi manusia-manusia zionis laknatullah.
Melansir dari CNBC Indonesia, derita anak Palestina di Gaza makin menyedihkan. Di Gaza, anak-anak tak meninggal dunia karena virus langka atau senjata, tetapi karena hal paling kuno, yakni rasa lapar yang menelanjangi tubuh hingga tinggal tulang.
Dalam tiga hari terakhir, melansir dari The Japan Times, 21 anak meninggal di rumah sakit Al-Shifa, Al-Aqsa Martyrs, hanya dalam waktu 72 jam karena malnutrisi. Artinya, tujuh anak tewas setiap hari karena kurang gizi. “Setiap saat, kasus kelaparan baru tiba di rumah sakit kami,” kata Mohammed Abu Salmiya, Direktur Al-Shifa, kepada para wartawan. Dia tak lagi bicara soal gelombang pasien, tetapi tsunami kematian yang datang dalam hitungan menit.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa “tali-tali kehidupan terakhir yang menjaga orang-orang tetap hidup sedang runtuh.”
(https://www.cnbcindonesia.com/research/20250723095945-128-651426/tsunami-kelaparan-ribuan-anak-gaza-tewas-karena-kurang-gizi)
Pelaparan Muslim Gaza, Genosida Keji
Kebiadaban Zionis Yahudi makin meningkat, bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Seolah mereka bukan manusia. Zionis dengan sengaja membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan.
Apa yang dilakukan Zionis membuktikan lemahnya kaum muslim yang berada di sekitarnya. Ketidakpedulian mereka terhadap saudaranya telah membuat Gaza makin menderita. Bahkan, tampak kelaparan sebagai cara genosida baru. Gaza, dengan penduduk berjumlah 2 juta jiwa terjebak dalam blokade. Mereka merasakan kelaparan yang sangat hebat.
Baca Juga: Pelaparan Sistemis Gaza
Sebelumnya, gencatan senjata memberi jeda bagi kaum muslim Palestina untuk bebas dari kejahatan entitas Zionis Yahudi dan negara pendukungnya, AS. Namun, setelahnya Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, hingga menyebabkan truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Alhasil, hal ini menjadikan kelaparan sebagai alat genosida. Bahkan, cara ini merupakan strategi yang sangat keji.
Terhadap aksi biadab Israel yang terus berulang, para pemimpin dunia Islam lagi-lagi hanya memberikan aksi retorika minus tindakan nyata. Padahal, menghadapi kekejaman Zionis tak mempan hanya dengan retorika, dan bantuan kemanusiaan. Apalagi Zionis senantiasa dibela AS dan veto AS. Pun mandulnya PBB makin nyata terlihat.
Pemimpin muslim sudah mati rasa. Mereka abai pada seruan Allah dan Rasul-Nya. Sudah sangat terang benderang bahwa kaum Yahudi (Zionis-Israel) hari ini statusnya adalah kafir harbi fi’lan, sama dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Artinya, mereka adalah kaum kafir yang secara nyata memerangi kaum muslim, khususnya muslim Palestina.
Kembali kepada Islam
Inilah yang Allah Swt. nyatakan saat menggambarkan sikap Baginda Rasulullah saw. dan umat beliau, “Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang bersama dengan ia itu bersikap keras terhadap kaum kafir dan berlemah lembut kepada sesama mereka (kaum muslim).” (QS. Al-Fath [48]: 29)
Begitupun dengan jemaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan mereka. Semua itu akan terwujud ketika Daulah Islam tegak kembali. Pun kebangkitan pemikiran umat harus diwujudkan, sehingga mereka akan terus berjuang mengikuti thariqah dakwah Rasulullah saw. Sumber: muslimahnews.net
Penting untuk membangun kesadaran umat Islam tentang masalah Palestina, bahwa eksistensi entitas Yahudi Israel hanya bisa dikalahkan dengan tegaknya Daulah Islamiah. Semoga kita termasuk orang-orang yang menjawab seruan muslim Palestina dengan mewujudkan junnah (perisai) bagi umat, yaitu Daulah Islam.
Wallahu’alam bishawab []
Penulis: Rina Karlina
(Aktivis Muslimah)