Catatan.co – Generasi Rusak Buah dari Kapitalisme, Islam Solusinya. Kasus-kasus kriminalitas pelajar terus merebak di negeri ini. Mulai dari tawuran massal, penggunaan narkoba, pembegalan, aksi kekerasan seperti pemukulan sesama pelajar, hingga aksi sadis yang merenggut nyawa. Berita tentang siswa SMK dikeroyok di depan sekolah (https://www.beritasatu.com/sulsel/2910531/viral-siswa-smk-negeri-2-pangkep-dihujani-pukulan-di-depan-sekolah).
Kemudian ada juga berita tentang puluhan pelajar ditangkap hendak tawuran, pelajar membegal sopir truk, hingga kasus menusuk hingga tewas karena cemburu (https://www.beritasatu.com/multimedia/2910426/gegara-cemburu-pelajar-smk-tewas-ditusuk-di-bandung).
Semua berita dan kasus di atas menjadi bukti bahwa generasi kita tengah terjerumus dalam jurang kerusakan moral yang mengkhawatirkan. Dan harapan akan adanya generasi emas nyatanya jauh panggang dari api. Justru ini menunjukkan kondisi generasi cemas.
Kapitalisme Sekuler Akar Masalah
Jika kita telisik kembali sejatinya fenomena ini bukanlah persoalan individu semata, tetapi ini adalah persoalan sistemik dan ini adalah buah pahit dari diterapkannya sistem kapitalisme sekuler hari ini. Asas sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan menjadikan sistem pendidikan di sistem hari ini hanya menghasilkan pemuda yang lemah, tidak mengenal jati dirinya sebagai hamba Allah, bahkan tidak memiliki arah hidup yang benar. Akhirnya mereka mudah terjerat narkoba, terprovokasi tawuran, dan gagal mengendalikan emosi serta hawa nafsunya. Karena asas yang dibangun bukanlah akidah Islam, tapi hanya orientasi materi semata tanpa memandang halal dan haram dalam sudut pandang Islam.
Sistem pendidikan sekuler juga gagal menghasilkan dan gagal membentuk pelajar yang berkepribadian Islam. Output atau hasil dari pendidikan sekuler yaitu generasi yang tidak tahu jati dirinya sebagai seorang Muslim, sehingga tidak paham bagaimana harusnya bertindak dan berpikir yang benar sesuai misi penciptaan kita di dunia ini. Dimana misi kita diciptakan di dunia ini sebagaimana Allah sebut di dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya, “Tujuan penciptaan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah“.
Faktor selanjutnya juga ditambah dengan tidak adanya lingkungan yang kondusif dan suportif dalam membentuk kepribadiaan Islam generasi. Lingkungan sosial hari ini justru dipenuhi dengan kerusakan, di antaranya media yang bebas menebarkan tontonan amoral, pergaulan bebas, dan berbagai pemikiran yang merusak generasi, serta lemahnya kontrol masyarakat.
Sistem kapitalisme sekuler juga telah gagal memberikan ketahanan mental. Generasi tidak diajarkan ketundukan kepada Allah dan sabar dalam menghadapi masalah. Sehingga, jalan kekerasan dan kriminal menjadi pelampiasan. Dalam surah Thaha ayat 124 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang yang berpaling dari petunjuk-Ku akan merasakan kehidupan yang penuh kesempitan, lalu di akhirat nanti ia akan dikumpulkan dalam keadaan buta.”
Sistem Islam Solusi Hakiki
Maka jelas, problem generasi tidak akan selesai dengan tambal-sulam kurikulum, kampanye anti-narkoba, atau sekadar razia aparat. Berbagai persoalan generasi hari ini jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif, yakni penerapan sistem Islam secara menyeluruh dalam kehidupan.
Baca Juga: Generasi Membutuhkan Jaminan
Negara dalam sistem Islam akan memastikan pendidikan tidak sekadar mengejar capaian akademis, tetapi membentuk generasi berkepribadian Islam, yakni pola pikir dan pola sikapnya berlandaskan kepada Islam. Negara juga akan bertanggung jawab menciptakan suasana masyarakat yang sehat, memfasilitasi media sebagai sarana edukasi dan dakwah, serta membina generasi agar tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa, cerdas, dan berperan sebagai pengemban dakwah.
Hanya dengan sistem Islam, generasi yang rusak akan kembali pada fitrah mulianya. Mereka akan tumbuh menjadi penerus umat yang mampu memimpin peradaban, bukan korban dari kerusakan kapitalisme sekuler yang merusak. Hanya dalam sistem Islam generasi emas mampu terwujud, bukan lagi generasi cemas seperti hari ini. Wallahu a’lam bishawab.[]
Penulis: Asih Lestiani
(Aktivis Muslimah)